Tuesday, May 3, 2016

Pukul 17.27 di Salemba

Sampai pukul 17.27 di Salemba.
Tidak ada kabar darimu yang tertuju kepadaku.
Tetapi, setidaknya, entah mengapa, aku tahu kau akan baik-baik saja.
Tetapi, setidaknya, entah mengapa, aku tahu aku tidak akan baik-baik saja.

Cerobohnya aku, yang berharap sebuah kata
Menjelma mata dan mampu menangkap engkau sebagai cahaya
Bodohnya aku, yang berharap rindu
Mampu mencium keningmu yang sudah lembab oleh bibir yang lain

**

Saat menulis ini, percayalah, aku berusaha membaca pikiranmu. Tapi aku selalu sadar, pun memiliki engkau adalah kekhawatiran tersendiri bagi aku dan kau. Apakah perihal aku dan kau yang seorang Jawa mampu membuat kita menjadi tidak jemawa? Apakah perihal aku dan kau yang lahir pada bulan hujan mampu membuat kita selalu merindukan sebuah pelukan? Apakah perihal aku dan kau yang sedang menduakan kekasih mampu membuat kita mencintai tanpa peduli dengan hidup yang semakin pedih? Apakah perihal aku dan kau yang aku gambarkan membuat engkau mengerti betapa sungguhnya engkau aku pedulikan?

**

Dalam sadar, cinta mengutuk dirinya sendiri; menjadi kekosongan. Sebab ia hanya ingin kau isi.

**

Sejak menggenggam tanganmu. Aku selalu berharap bisa menggenggam mimpimu. Setidaknya, kita tidur di kasur yang sama sekadar memandang matamu yang tidak kehilangan cara memandang mataku. Dan aku tidak akan menolak jawaban dari kau yang menanyakan besok aku ingin sarapan apa sebelum berangkat kerja. Atau mungkin, aku akan menemanimu tidur larut seperti yang biasa kau lakukan sampai kini. Dan aku akan tidur lebih dahulu tanpa melepas peluk yang mengikat di perutmu.

Aku sungguh sedih membayangkan kebahagiaan itu.


Nyatanya, aku fana.


2016

No comments:

Post a Comment

< > Home
posudara © , All Rights Reserved. DESIGN BY Sadaf F K.